Sebuah berita dunia terkini di negara Turki berhasil membuat mata dunia kompak memperhatikan negara pimpinan Erdogan tersebut. Pasalnya negara yang mayoritas Islam tersebut kini dinyatakan hanya ada sekitar 51 persen masyarakatnya yang menganut Islam, dan sisanya beralih menjadi penganut atheis. Hal tersebut berdasarkan survei yang dilakukan oleh jejak pendapat Konda.
Diyanet sebagai Direktorat Urusan Agama di Turki, pada tahun 2019 mendeklarasikan bahwa 99 persen warga Turki mengidentifikasi dirinya sebagai penganut Islam. Namun berbanding terbalik dengan hasil survei yang dilakukan Konda menunjukkan perkembangan yang sangat lain. Karena terdapat 51 persen warga Turki yang menyatakan mereka beragama Islam dan memang menjalankannya. Maka sontak saja hasil survei Konda langsung menyulut debat kontroversial dan menjadi berita dunia terkini.
Tidak demikian untuk Ahli Teologi Cemil Kilic berpendapat, bahwa kedua angka itu sama-sama benar. Secara formal memang hanya 99 persen warga Turki mungkin merasa mereka beragama Islam. Namun sebagian hanya memahami Islam dalam konteks kultural dan sosiologis, bukan dalam konteks keagamaan.
Bahkan tambahnya lagi bahwa hal tersebut dapat terjadi karena faktor pemerintahan yang dipimpin oleh Erdogan. Karena perkembangan ini tidak lepas dari hampir 16 tahun pemerintahan Recep Tayyip Erdogan. Sejak beliau menjadi Perdana Menteri tahun 2014 dan kemudian sekarang menjadi presiden, menyebar kebiasaan bahwa para pejabat pemerintahan menggunakan agama untuk melegitimasi kebijakan politik mereka. Oleh karena kecenderungan itulah yang membuat makin banyak orang jadi skeptis terhadap Islam.
Menurut Kilic bahwa semakin banyak orang yang menolak interpretasi Islam yang dipaksakan oleh instansi dan organisasi kenegaraan, termasuk kelompok-kelompok agama yang dekat ke pemerintahan. Karena bagaimana juga banyak orang yang tidak senang agama dipaksakan menjadi satu bentuk resmi yang dilegitimasi pemerintah. Dan hal tersebut yang menjadi salah satu faktor terjadinya peningkatan penganut ateis di tanah Turki.
Bahkan pendapat Kilic pun diaminkan oleh Selin Ozkohen, perempuan yang menjadi Ketua Organisasi Ateis Turki “Ateizm Dernegi”. Beliau mengatakan bahwa upaya Erdogan menjadikan Turki negara yang makin religius malah berdampak sebaliknya.
Menurutnya organisasi agama malah mendiskreditkan dirinya sendiri, bahkan pemerintahan dan kebijakan politik seharusnya tidak didominasi satu sekte agama, karena ini hanya akan membuat makin banyak orang mempertanyakan agama itu dan lebih senang menjadi ateis yang humanis. Daripada memeluk agama yang sudah ada sejak mereka lahir yakni Islam.
Berita yang kini menjadi berita dunia terkini tidak ayal membuat banyak negara mempertanyaan pemerintahan yang dipimpin Erdogan. Apapun yang terjadi pada negara Turki setidak memberikan satu pelajaran untuk negara lainnya.